Sunday, September 22, 2013

Bukan Waktunya Galau Kuliah


“Dulu untuk ngedapetinnya berusaha mati-matian, eh sekarang udah dapet malah bingung mau dilepas apa enggak” eitsss....

“Jangan bermimpi tinggi-tinggi, kalau jatuh nanti sakit *gubrak*” yapp, itu nyesek
Yapp sekarang saatnya anak kelas 3 SMA musim galau, galau pacar dan juga galau kuliah, kalau yang jomblo mungkin cuman galau kuliah saja muahahaha.. 


Yap, di TL ada tweet semacam itu. Sekarang udah ada yang keterima masuk perguruan tinggi walaupun swasta tetep saja galau, bingung mau dilepas atau enggak bahahaha.. yepp.. disini gue bakal cerita tentang pengalaman gue saat kelas 3 SMA, masa yang buta cinta dan buta asmara #salahkonsep

kuliah
Kalem yak.., mari flashback tracking gue di SMA..
Saat kelas 1 SMA gue termasuk golongan yang biasa-biasa saja semester 1 peringkat 10 kelas dan semester 2 peringkat ... *lupa 11/12*, peringkat 10 di kelas gue itu bisa masuk 5 besar dikelas laen FYI, oke #skip. Saat kelas 2 SMA gue sangat aktif dalam ekskul Mading dan gue menjadi leadernya pada saat itu, dan Semester 3 gue berada diperingkat 20, udah mulai berkurang kegiatan, pada semester 4 gue kemajuan berada diurutan 16/17 kalau nggak salah sih buahahaha...

*Bay lu ternyata parah yak muahahaha* yapp bisa dibilang begitu, setelah masuk semester 5 gue mendapat peringkat 5 dalam kelas wooo.. ini selama gue SMA adalah hasil fantastis muahaha.. mau tau rahasianya?

Gampang.. jadilah seorang jomblo dan kau akan mendapatkan hasil yang memuaskan #penting, memasuki semester 6 pasti mulai banyak seleksi masuk perguruan tinggi, yang gue ikuti pertama kali adalah SMBB Telkom, alhamdulillah gue lolos.

Setelah itu gue ikut seleksi Politeknik manufaktur Bandung, lolos untuk seleksi rapot dan tinggal tes fisik, tetapi dengan berbagai pertimbangan gue tidak berangkat, karena sudah memiliki “tabungan bangku kuliah”. Logikanya gini, gue udah dapet kuliah S1 terus kenapa gue ikut tes kuliah D3?

Nah, sampai akhirnya dibuka pendaftaran SNMPTN Jalur undangan, yak, dengan track ranking seperti gitu alhamdulillah gue masih bisa bersaing dengan yang lain untuk memperebutkan quota dari sekolah karena alhamdulillah nilai gue nggak hancur untuk mata pelajaran yang diperhitungkan. Dan gue mengisi pilihan satu UGM dengan prodi Teknik Mesin dan Fisika Feknik, pilihan dua ITS dengan prodi yang sama juga, *FYI Gue pada awalnya pengen pilihan pertama ITB, cuman nggak pede dengan nilai gue T.T

Pada saat itu gue berharap banget bisa masuk di pilihan ke 2 UGM yaitu Fisika Teknik, karena untuk Teknik Mesin gue cuman pengen di FTMD ITB, pengumuman hasil seleksi kalau nggak salah 1 bulan lebih saat itu, ditengah-tengahgue udah nggak yakin dengan hasilnya, dan toh kalaupun diterima nggak yakin kalau musti jalanin itu, karena gue pengen kuliah di Bandung. Namun nasib berkata lain, gue diterima di UGM prodi Teknik Mesin, dimana gue nggak berharap masuk disitu.

Yapp, itu adalah saat dimana gue merasakan galau yang sebenernya *tsahh~, gue sendiri sulit untuk menerima hasil itu, dari sore sampai malam gue cuman tiduran di kost mikirin apa yang harus gue perbuat, gue telfon orang tua dan katanya gue suruh mikirin pelan-pelan  juga. Gue berfikiran selayaknya orang tua pada umumnya, pasti bangga kalau anaknya bisa mendapatkan bangku kuliah di universitas negeri seperti UGM,  Hampir jam 12 malem gue mencoba buat bener-bener menata hati dan mulai sedikit bisa menerima apa yang terjadi saat itu *FYI, bukan lebay bukan apa, ini seriusan :p*

Keesokan harinya setelah selesai jadwal sekolah dan beres-beres kost, gue lalu balik ke rumah dengan perasaan santai karena sudah menerima hasil dengan ikhlas. Sesampainya dirumah gue langsung tiduran sambil nonton TV, dan mama bilang “Le, jare papa pilih Telkom wae” (Nak, katanya papa pilih Telkom saja), dan gue cuman bisa mikir dan berkata “Haa?”. Wakss, disaat gue menata Hati untuk menerima hasil seleksi sesampainya dirumah dikejutkan dengan perkataan seperti itu. Dan setelah bokap gue dateng, beliau duduk santai didekat gue dan ngobrol santai, lalu menjerumus masalah perkuliahan, “le, ning telkom wae, gakpopo larang insyaallah sek enek gae biayai”(Nah, di Telkom saja, insyaallah masih ada buat membiayai ), gue cuman tanggepin hemmm....

Ternyata jauh-jauh hari sebelumnya, bokap gue sudah bertanya-tanya ke temen kantornya dan anak teman kantor bokap gue yang lulusan Teknik dan udah kerja. Dan hasilnya memang semua orang lebih menyarankan untuk memilih yang IT Telkom karena merupakan kampus teknik, tetapi gue juga berfikir kalau di IT Tlkom gue keterima di prodi yang gue pengen tetapi prodi itu baru sehingga belum terakreditasi (Semoga tahun ini sih muehehe..).

Lalu gue bertanya pada orang tua “Terus kenapa dulu suruh daftar di UGM?” dan ternyata jawaban mereka sederhana intinya kampus negeri pasti biaya lebih murah dan biaya hidup di Jogja tidak jauh dengan Madiun. Disitu gue inget bener, betapa pedulinya orang tua gue sampai rela perjalanan dari Ngawi ke Jogja hanya untuk menyerahkan surat pernyataan kebersediaan pembayaran biaya awal gitulah, padahal bisa dikirim lewat kantor pos, cuman mereka takut kalau suratnya terlambat sampai ke panitia seleksi.

Nah dengan orang tua berkata seperti itu, berarti gue harus kembali menata hati mengikuti kemauan orang tua, yah untuk hal ini sangatlah berat karena gue juga memikirkan berita bahwa kalau jalur undangan dilepas, maka adik kelas akan di blacklist dari kampus itu. Untuk hal ini gue berkonsultasi denga salah satu guru di SMA, bukan guru BK juga sih, dari situ beliau berpesan yang intinya “Masa depan kamu lebih penting, kamu nggak selamannya bakal bergantung pada sekolah ini, dan kamu jangan mengorbankan masa depan kamu yanya karena kamu memikirkan orang lain”, tetapi kebetulan kepala sekolah lewat dan bertanya-tanya ada apa gue diruangan itu, dan beliau bilang “dipikir-pikir dahulu, kasihan adik-adik kamu nanti kesulitan cari sekolahnya”

Yapp, untuk hal yang satu ini gue sangat bimbang, dan butuh beberapa hari sehingga gue bisa menata hati dengan mantap untuk melepas Teknik Mesin UGM. Hari-hari disekolah juga berjalan santai karena tidak ada yang tahu tentang keputusan gue mencabut  hasil seleksi ini, pikiran mulai terbebani lagi saat wisuda kelulusan dibacakan nama-nama anak yang lolos SNMPTN Undangan. Disitu ada salah satu guru yang gue sudah menganggapnya seperti orang tua sendiri walaupun beliau nggak pernah mengajar di kelas.

Seiring berjalannya waktu kabar gue mencabut SNMPTN Undangan mulai tersebar, dan mungkin seiring dengan itu mungkin banyak orang yang berubah jadi membenci gue, yah.. gue cuman bisa mendoakan mereka mendapatkan yang terbaik.  Bokap gue mengirim surat ke panitia SNMPTN UGM berisi surat permohonan maaf dan pengunduran diri dengan alasan yang nggak bisa gue ceritain, setidaknya itu usaha menghindarkan sekolah dari isu blacklist, semoga saja bisa berbuat lebih :)

Yaps, kelar urusan UGM gue pengen fokus ke ITB seperti yang gue harapin, karena gue udah ada tabungan bangku kuliah dan udah bayar administrasi semester 1 beres, gue nggak mau nanggung untuk mengikuti SNMPTN Tulis, tetapi orang tua sebetulnya sudah menyarankan untuk tidak tes tulis cukup di IT Telkom saja. Gue berfikir udah bayar bimbel masak nggak digunaiin sih, nah gue ngomong ke orang tua untuk tetep tes, yah gue berangkat ke Jakarta dulu sebelum ke Bandung untuk test, dan pengumuman pun keluar, gue nggak keterima di SNMPTN Undangan di FTMD maupun FTSL, yasudah saya santai karena juga sudah memantapkan hati di It Telkom Bandung.

Yaps, dan sekarang gue berstatus mahasiswa It Telkom Bandung, tidak ada penyesalan terhadap keputusan-keputusan itu, gue juga selalu mendoakan orang-orang yang membenci saya karena hal ini untuk mendapatkan yang terbaik.

Buat yang menjadi benci gue karena keputusan yang gue ambil:


Kamu belum merasakan gimana rasanya diantara 2 pilihan, pilih orang lain atau pilih orang tua dan itu bakal menentukan masa depan, tau kan ridho orang tua(Ibu) itu ridho siapa?.

Pesan dari gue:

  • Kalau lu udah punya cadangan kuliah dan itu memiliki kualitas bagus, maka kamu harus memilih tempat yang jauh lebih bagus di SNMPTN nanti, jangan nanggung dalam memilih. Misal kamu keterima di universitas swasta yang bagus, maka kamu harus ambil PTN yang nggak maen-maen, atau bahkan kedinasan :)
  • Hilang duit dalam urusan kampus karena melepasnya itu merupakan resiko, kamu harus berusaha untuk mengganti biaya tersebut dengan cara membahagiakan orang tuamu kelak ketika kamu telah sukses.
  • Selalu pertimbangkan dengan matang untuk memperoleh keputusan yang terbaik
  • Kalau kamu melepaskan cadanganmu, berarti kamu bertaruh kesempatan, maka kalau sudah dilepas kamu harus mati-matian bertarung lagi dengan orang-orang yang belum kamu ketahui kemampuannya.
  • Kesuksesanmu tidak 100% karena almamatermu, tetapi karena 100% Usaha serta doamu




Picture : http://www.l3analytics.com/2012/01/26/my-hopes-for-web-analytics-in-the-future/

NB: Nggak ada niat untuk pamer atau sebagainya, masih banyak orang yang lebih dari saya, saya hanya berbagi cerita yang mungkin dapat membuka pikiran kalian :)

Unknown

"Dreaming is the first step that you have to make. While, the act is the next step that you have to do."

0 comments:

Post a Comment

 

Copyright @ 2013-2014 All Rights Reserved WiranataStep.